Wednesday 21 September 2016

MAKALAH SUMBER ACUAN ISLAM

TUGAS MERANGKUM
BAB V
SUMBER ACUAN ISLAM

 
















DI SUSUN OLEH :
1.     ERIK IRAWAN
2.     ABDUL ROHIM
3.     ABDUL ROHMAN
4.     WOWO ISWANTO




SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA
“ MADANIYAH ”
JALAN PENGERAN KEJAKSAN KECAMATAN SUMBER
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Islam adalah suatu agama yang juga berarti suatu aturan atau sistem dalam menjalani kehidupan di dunia yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits. Ada beberapa pilar yang merupakan dasar-dasar dalam menjalankan agama yakni akidah, ibadah, akhlak dan perundang-undangan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan akidah?
2.      Apa yang dimaksud dengan ibadah?
3.      Apa yang dimaksud dengan Akhlak?
4.      Apa yang dimaksud dengan perundang-undangan dalam islam?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui dan memahami tentang akidah.
2.      Mengetahui dan memahami tentang ibadah.
3.      Mengetahui dan memahami tentang akhlak.
4.      Mengetahui dan memahami tentang perundang-undangan dalam islam.

















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 AKIDAH
Akidah Islam merupakan penutup akidah samawi (risalah langit) yaitu berupa keimanan kepada Allah, hari akhir, para malaikat, kitab-kitab suci dan para nabi. Kaidah merupakan hakikat abadi yang tidak mengalami proses evolusi dan tidak pernah berubah yaitu akidah tentang Allah dan hubungan-Nya dengan alam ini, tentang alam nyata yang diperlihatkan kepada manusia dan tentang alam ghaib yang tidak diperlihatkan padanya, tentang hakikat kehidupan ini dan peran manusia di dalamnya serta nasib manusia setelah kehidupan dunia.
a.      Eksistensi Allah Ta’ala
Al-Qur’an telah membuktikan tentang eksistensi Allah dengan berbagai metode :
1.      Mengalihkan akal dan nalar kepada ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah) di alam yang berbicara bahwa dibaliknya ada pencipta  yang maha bijaksana.
Firman Allah :
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah mencitpakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)” (Ath-Thuur : 35-36)
2.      Menggugah fitrah sehat manusiayang dengannya seseorang dapat langsung mengetahui bahwa ia memiliki Tuhan dan sesembahan yang maha kuat dan maha besar yang melindungi dan merawatnya.
(QS. Ar-Ruum : 30)
3.      Quotasi (pengambilan fakta) oleh Al-Qur’an berdasarkan fakta sejarah manusia bahwa keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya merupakan suatu bahtera keselamatan bagi para penganutnya dan bahwa  pendustaan terhadap Allah dan rasul-rasul-Nya merupakan suatu ancaman y ang berupa kehancuran dan kemusnahan. Seperti tentang Nuh as. Al-Qur’an menyebutkan dalam QS. Al-A’raf : 64)

b.       Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa
Allah SWT adalah rabb  yang maha esa, tidak punya sekutu dan tidak punya tandingan dalam dzat, sifat atau perbuatan-Nya. 
“Katakanlah : Dialah Allah yang maha esa, Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas : 1-4)

c.       Kesempurnaan Allah Ta’ala
Bukti yang menunjukkan pada kesempurnaan Allah adalah alam yang indah dengan apa yang ada padanya berupa keteraturan yang menakjubkan, fitrah manusia yang terang telah menunjukkan kepada hal itu, dan risalah Allah kepada para Nabi-Nya telah menjelaskan secara rinci hal itu pula.

d.      Iman Kepada Kenabian
Adalah suatu hal yang bijaksana dalam pengutusan rasul-rasul-Nya dengan membawa keterangan petunjuk agar supaya para rasul itu dapat menunjuki manusia kepada Allah dan menegakkan timbangan secara adil diantara hamba-hamba Allah.

e.       Hidayah Allah SWT
Petunjuk (hidayah) dengan melalui wahyu merupakan hidayah tertinggi yang diberikan Allah kepada manusia.
1.      Hidayah fitriyah alamiyah yaitu berupa insting yang ada pada manusia, hewan maupun makhluk hidup lainnya, seperti bayi menangis ketika lapar, tumbuhan yang menghisap makanannya dari sari pati tanah, burung yang membuat sarang, dll. (QS. An-Nahl : 68)
2.      Hidayah indera yaitu hidayah indera lahiriyah seperti pendengaran, penglihatan, penciiuman dan indera perasa dan indera batiniyah seperti rasa lapar, haus, gembira dan sedih.
3.      Hidayah akal dengan kemampuan dan kekuatannya yang berbeda-beda yaitu lebih tinggi peringkatnya daripada indera. (QS. Al-Baqarah : 21)

f.       Iman kepada Hari Akhirat
Akal yang percaya kepada keadilan Allah yang maha esa tidak akan puas menerima begitu saja, bahka ia akanmenuntut diadakannya negeri lain dimana orang yang berbuat baik diganjar dengan kebaikannya dan orang yang berbuat jelek akan diganjar dengan kejelekannya. Adapun membangkitkan kembali makhluk hidup setelah kematian bukanlah perkara yang berat bagi Allah yang telah menciptakan mereka untuk pertama kalinya. (QS. Ar-Ruum : 27)

g.      Karakteristik Akidah Islam
1.      Akidah yang jelas
“Maha suci Allah, bahkan ap ayang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah, semua tunduk kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah : 116)
2.      Akidah Fitrahyaitu akidah yang tidak asing dari fitrah dan tidak bertentangan dengannya, bahkan ia sesuai dengan fitrah. (QS. Ar-Ruum : 30)
3.      Akidah yang Solid (Kokoh) yaitu akidah solid yang baku, tidak menerima tambahan dan pengurangan serta tidak mengalami distorsi dan perubahan.
Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa yang mengada-adakan dalalm urusan kami sesuatu yang tidak berasal darinya maka ia adalah tertolak.” (Muttafaq ‘Alaih)
4.      Akidah Argumentatif yaitu yang tidak cukup dalam menetapkan persoalan-persoalannya dengan mengandalkan dokktrin lugas dan instruksi keras, serta tidak menyatakan sebagaimana yang dikatakan sebagian akidah selain Islam. (QS. Al-Baqarah : 111, An-Naml : 64)
5.      Akidah islam adalah akidah moderat yaitu akidah pertengahan yang mana tidak akan mendapatkan padanya sikap berlebih-lebihan maupun pengurangan. (QS. Al-Mu’minun : 84-89)

2.2 IBADAH

a.      Tugas Manusia dalam Kehidupan
Mengapa aku tercipta? Apa tugasku di alam kehidupan? Dan apa risalah (misi) ku dalam kehidupan?
Sebuah pertanyaan yang wajib untuk ditanyakan oleh manusia – setiap manusia – kepada dirinya dan agar berfikir sungguh-sungguh untuk menjawabnya.
Karena setiap orang yang bodoh – berapapun besar akibat kebodohannya, tujuan hidupnya akan tugas kewajiban umat manusia serta bodoh akan hakekat dirinya sendiri yang berada di muka bumi.
Setiap manusia yang berakal untuk segera menanyakan pada dirinya secara serius pertanyaan “mengapa aku tercipta? Apa tujuan penciptaanku? Dan mengapa manusia diciptakan?
Allah menjawab bahwa ia menciptakan manusia supaya menjadi khalifah di muka bumi, firman Allah:
“ sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, “mereka berkata: mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusuhan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? “allah berfirman : “sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-baqoroh: 30)
            Hal pertama dari kekhalifahan ini adalah manusia mengenal rabbnya dengan sebenar-benarnya. Manusia adalah untuk menyembah-Nya (beribadah pada-Nya) serta untuk melaksanakan haknya semata.
Manusia menurut ketentuan fitrah akan logika alam adalah hanya untuk Allah dan bukan untuk lain-Nya.

b.      Panggilan Pertama Pada Setiap Risalah Adalah: (Sembahlah Allah, Kalian Tidak Punya Tuhan Selain-Nya)
Firman Allah
“bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai bani Adam supaya kamu tidak menyembah syetan? Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembahku inilah jalan yang lurus.” (Yasin : 60 – 61)
Tujuan terbesar dari pengiriman para nabi, pengutusan para rasul dan penurunan kitab – kitab suci adalah untuk mengingatkan manusia kepada taklid (ikut-ikutan).

c.       Pengertian Ibadah dan Hakekatnya
Arti ibadah menurut bahasa (etimologis)
menurut kamus “Ash-Shihah” arti asal Al-Ubudiyah/ Al-Abdiyah, Al-Ubudiyah dan Al-Ibadah berarti ketaatan (Thoah) adalah ketundukan dan kerendahan At-Ta’bid berarti penghambaan. Al Ibadah berarti ketaatan dan At-Ta’abbud berarti penyembahan ritual. Dikatakan thoriq mu’abbad (jalan yang mulus) dan Al –Ba’ir Al- Mu’abbad, yaitu unta yang jinak dalam iring-iringan unta.
Firman Allah. SWT.
“Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaku.” (Al-Fajr :29)
Artinya masuklah ke dalam golonganku, maka firman tersebut menambahkan sebuah arti baru yaitu al-wala (loyalitas dan pemihakan)
Menurut Al- Mukhosos arti asal ibadah adalah ketundukan, diambil dari perkataan orang arab, thoriq mu’abbad (jalan mulus) yaitu karena sering dilalui, dan darinya diambil kata “Al-Abd”(hamba) karena kehinaan terhadap tuannya.
Al-Ibadah, Al-Khudhu, At-Tadzallul dan Al-Istikhanah adalah saling berdekatan artinya. Dikatakan : Ta’abbada fulaan li fulaan (jika seseorang merendahkan atau menghinakan dirinya kepada fulan.
Setiap “ketundukan” yang tidak ada lagi di atasnya ketundukan lagi merupakan suatu ibadah. Ibadah merupak suatu bentuk ketundukan yang mana tidak berhak atasnya kecuali sang pemberi nikmat yang berupa kenikmatan tertinggi seperti kehidupan, pemahaman, pendengaran dan penglihatan.

Arti Ibadah Menurut Syariat Adalah Ketundukan dan Kecintaan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan dalam risalahnya tentang “ubudiyah” (ibadah).
“Agama mencakup arti ketundukan dan kerendahan dikatakan: dintuhu fadaana, artinya saya menundukkannya maka ia menjadi tunduk, dan dikatakan yadiinullah wa yadiin lillahi, artinya ia menyembah Allah, menaatinya dan tunduk kepadanya.”
Dan ibadah arti asalnya adalah ketundukan juga. Dikatakan thoriq mu’abbad (jalan mulus) jika datar karena sering diinjak-injak kaki. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan adalah mencakup arti ketundukan dan kecintaan, maka ia mengandung “ketundukan optimal” kepada Allah ta’ala disertai dengan kecintaan optimal kepadanya. Maka sesungguhnya peringkat terakhir “Al – Hubb” (kecintaan) adalah “At-Tatayyum” (penghambaan diri) dan peringkat permulaanya adalah “Al – ‘Alaqah” (hubungan) karena pertalian hati dengan yang dicintai (al – mahbub), kemudian “Ash – Shababah” (kerinduan) karena kerinduan hati padanya, kemudian “Al – Ghorom” (kegandrungan kangen) yaitu kecintaan yang melekat pada hati, kemudian “Al – Lsyq” (kasmaran) dan peringkat terakhir adalah “At-Tatayyum” (penghambaan diri). Dikatakan : taimullah artinya hamba Allah, maka Al – Muttayyim dalah orang yang menghambakan diri kepada yang dicintainya.”
Dengan penjelasan yang dalam hal ini tentang arti ibadah dan hakikatnya, kita dapat mengetahui bahwa ibadah yang disyariatkan, kita dapat mengetahui bahwa ibadah yang disyariatkan haruslah memiliki dua hal:
Pertama : komitmen dengan apa yang disyariatkan Allah dan diserukan oleh para rasulnya baik berupa perintah maupun larangan, penghalalan maupun pengharaman. Inilah yang merupakan unsur ketaatan dan ketundukan kepada Allah.
Kedua : komitmen ini keluar dari hati yang mencintai Allah ta’ala tidak ada dalam kehidupan ini yang lebih pantas dari Allah.
Apabila Allah telah menciptakan kita untuk menyembahnya, artinya untuk menaati, dengan disertai ketundukan optimal, yang dipadu dengan kecintaan yang optimal lalu dalam apakah seharusnya ketaatan ini? Sesungguhnya jawaban pertanyaan  akan menjelaskan kepada kita suatu hakekat yang sangat penting, yaitu komprehensif (cakupan yang menyeluruh) arti ibadah dalam islam dan keluasan cakrawalanya. Komprehensif ini memiliki dua bentuk penampilan.
Pertama : cakupannya atas semua dimensi agama dan semua aspek kehidupan.
Kedua : cakupannya atas semua eksitensi manusia lahir dan batin, seperti yang akan kami jelaskan hal itu berikut ini.

d.      Cakupan Ibadah atas Semua Dimensi Agama
Ucapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Ibadah adalah sebuah kata yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya dari perkataan dan perbuatan, yang lahir dan batin.
Dan terakhir ibadah yang mencakup dua fadhu (kewajiban) besar yang mana keduanya merupakan pagar semuanya itu dan pengendaliannya yaitu:
1.      Amar ma’ruf dan nahi mungkar
2.      Berjihad melawan kaum kafir dan munafik di jalan Allah.
Ibnu Taimiyah mengatakan : “segala sesuatu yang di perintahkan Allah kepada hambanya dan berbagai sarana (untuk memakai/ mendayagunakannya) merupakan suatu ibadah.

e.       Ibadah Mencakup Semua Aspek Kehidupn
Kita mendapat kitabullah Al – Karim berbicara kepada orang – orang mukmin dengan perintah – perintah taklifiyah (kewajiban) dan hukum – hukum syariat, yang mencakup berbagai aspek kehidupan.
Dengan penjelasan ini jelaslah bagi kita suatu hakekat penting yang mana masih banyak dari umat islam yang tidak mengetahuinya.
Jadi sesungguhnya ibadah kepada Allah bukan sebatas kepada shalat, puasa, haji (apa yang menyertainya), tilawah, dzikir, doa dan istighfar sebagiaman yang terlintas dibenak  kebanyakan umat islam jika mereka diajak beribadah kepada Allah, dan sebagaimana yang dikira oleh kebanyakan dari orang – orang yang taat beragama bahwa mereka jika telah menegakkan ibadah – ibadah ritual ini mereka merasa telah menunaikan hak Allah dan telah melaksanakan kewajiban ibadah kepada Allah secara sempurna.
Sebenarnya bidang ibadah yang merupakan tujuan Allah menciptakan manusia dan yang dijadikannya sebagai tujuan manusia dalam kehidupan dan obsesinya di muka bumi adalah bidang yang sangat lapang dan luas. Ia mencakup semua urusan manusia dan meliputi semua kehidupannya.

f.       Ibadah Adalah Mengikuti Konsepsi Allah dan Syariat-Nya
Sesungguhnya konsekuensi Ibadah manusia hanya kepada Allah adalah menundukkan segala urusannya kepada apa yang dicintai Allah Ta’ala dan diridhai-Nya, dan keyakinan, ucapan dan perbuatan, serta mengkondisikan hidup dan perilakunya sesuai dengan petunjuk Allah dan syariat-Nya. Jika Allah Ta’ala menyuruh atau melarangnya, atau menghalalkan baginya atau mengharamkan atasnya maka sikapnya dalam hal itu semuanya adalah :
“kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada engkaulah tempat kembali.” (Al-Baqarah : 285)
Dalam hal ini Al-Qur’an Al Karim mengatakan :
“Dan tidaklah patut bagi laki – laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, secara nyata.” (Al – Ahzab : 36)

g.      Amal Sosial yang Bermanfaat Merupakan Ibadah
Sesungguhnya setiap amal sosial yang bermanfaat Islam menganggapnya sebagai suatu ibadah yang termasuk paling mulia selama niat pelakunya adalah baik, tidak memburu pujian dan tidak mencari nama yang semu (reputasi) di tengah manusia.
Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasullah.SAW. sabdanya :
“setiap persendian dari manusia wajib atasnya sedekah (shodaqoh) pada setiap hari terbitnya matahari; berlaku adil antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang pada kendaraanya, lalu ia mendukungnya atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah menuju shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan bahaya adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

h.      Pekerjaan Manusia dalam Pencahariannya Adalah Ibadah dengan Beberapa Syarat
Seorang petani di ladangnya, seorang pekerja di pabriknya, seorang pedagang di tempat niaganya, seorang pegawai di kantornya, dan setiap pengrajin di bengkelnya dapat menjadikan pekerjaan dan mata pencahariaanya itu bagaikan shalat dan jihad di jalan Allah, jika ia komit dengan syarat-syarat berikut :
1.      Pekerjaan itu dibolehkan menurut pandangan Islam.
2.      Disertai niat yang baik.
3.      Melaksanakan pekerjaan dengan penuh ketekunan dan secara ihsan.
4.      Beriltizam (komitmen)
5.      Pekerjaan duniawiahnya tidak melalaikan dari kewajiban – kewajiban agamanya. (Al-Munafiqun : 9) (An-Nur : 37)
Sampai Pekerjaan Naluri dan Melampiaskan Hasrat Seksual Merupakan Suatu Ibadah
Fakta paling nyata yang membuktikan hal itu adalah apa yang disabdakan Nabi. SAW. Kepada para sahabatnya :
“Dan dalam coitus (jima) salah seorang kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah ”meraka bertanya : “Apakah salah seorang kita menyalurkan nafsu seksualnya dan ia mendapatkan pahala padanya?” Beliau menjawab: Apa pendapat kamu sekalian jika ia menyalurkannya dalam hal haram apakah ia mendapatkan dosa? “mareka mengatakan: “Ya! “Beliau bersabda: Demikian pula jika ia menyalurkannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)

i.        engaruh Komprehensifitas Ibadah Dalam Diri dan Kehidupan
Pengaruh yang paling dalam adalah ada dua hal:
Pertama : membentuk kehidupan seorang muslim dan kelakuannya dengan corak rabbani, dan menjadikannya berorientasi kepada Allah dalam sesuatu yang dilakukannya untuk kehidupan, ia melaksanakannya dengan niat seorang ‘abid yang hkusyu’ dan dengan jiwa (ruh) seorang hamba yang tekun dan tenggelam dalam hadiah.
Kedua : memberikan kepada seorang muslim kesatuan orientasi dan kesatuan tujuan dalam semua aspek hidupnya. Dia ‘ridha’ dengan Allah Rabb Yang Maha Esa dalam setiap apa yang dilakukan dan yang ditinggalkannya serta menghadap (berorientasi) kepada Rabb ini dengan segenap amal usahanya; duniawi dan ukhrawil tidak ada sikap dikotomi, dilemahkan dan dualisme dalam kepribadiannya maupun dlam hidupnya.

j.        Cakupan Ibadah terhadap Semua Eksitensi Manusia
Seorang muslim beribadah kepada Allah dengan hati melalui “instuisi rabbani” dan “perasaan pengalaman rabbani” seperti; rasa cinta kepada Allah dan takut pada-Nya, berharap rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya, ridha dengan takdir-Nya sabar terhadap musibah-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu, bertawakkal dan ikhlas pada-Nya.

k.      Rahasia dan Tujuan Ibadah
Mengapa Kita Beribadah Kepada Allah?
Dia telah memberitahukan jawaban kepada kita menurut tuturan Nabi Sulaiman dam Al-Qur’an:
“Sulaiman berkata: ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia’.” (An-Naml: 40)
Dan berfirman:
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Mahaterpuji.” (Fathir: 15)
Allah.SWT. berfirman dalam hadits qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu sekalian tidaklah dapat membahayakan-Ku dan tidaklah kamu dapat memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, kalau seandainya orang pertama kalian sampai yang terakhir kalian, bangsa manusia kalian dan bangsa jin kalian mereka semuanya sama berada dalam kondisi hati yang paling takwa, tidaklah hal itu menambah sesuatu pun dalam kerajaan-KU.
“Wahai hamba-hamba-Ku, kalau seandainya orang pertama kalian sampai orang terakhir kalian, bangsa manusia dan bangsa jin kalian mereka semuanya sama berada dalam kondisi hati yang paling jahat di antara kalian, tidaklah hal itu mengurangi sesuatu pun dari kerajaan-Ku.”(HR. Muslim)

l.        Ibadah Merupakan Santapan Rohani
Ibnu Taimiyah berkata:
“Hati itu sendiri membutuhkan kepada Allah dari dua arah, dari arah ibadah dan dari arah memohon pertolongan dan tawakkal. Hati tidak akan menjadi baik, beruntung, merasakan nikmat, merasakan bahagia, merasa enak, merasa nyaman, merasa tenang dan tenteram kecuali dengan beribadah kepada Rabbnya semata-mata, dengan mencintai dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Walaupun ia mendapatkan segala yang enak dari makhluk maka ia belumlah dapat merasa tenang dan tenteram karena – secara fitrah – terdapat pada dirinya kebutuhan yang bersifat pribadi kepada Rabbnya dalam status-Nya sebagai sesembahan, kecintaan dan kebahaian, kelezatan dan kenikmatan, ketenteraman dan ketenangan.

m.    Ibadah kepada AllahMerupakan Jalan Kebebasan
Tidak ada yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian dalam hatinya melebihi dari arahan dambaannya kepada Tuhan (ilah) Yang Maha Esa yang berkah satu-satu-Nya atas ketundukan dan kecintaan, maka hatinya tidak lagi terbagi-bagi kepada ilah-illah dan tuhan-tuhan yang semu:
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimilikil oleh beberapa orang  yang berserikat yang dalam berselisih dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya?” (Az-Zumar : 29)
Maka seorang hamba yang menjadi milik penuh satu tuan, ia akan merasakan kenyamanan. Jika ia mengetahui apa yang diridhai (disukai) tuannya serta merta ia tinggal menjalankan dengan rasa nyaman dan lega. Adapun seorang hamba yang dimiliki oleh beberapa tuan berserikat yang saling bertikai, yang mana salah satu mereka memerintahkan kepadanya dengan kebaikan apa yang diperintahkan oleh yang lainnya, maka alangkah celaka dan malangnya orang itu.

n.      Ibadah Merupakan Ujian Allah yang Menempa Manusia
Manusia di dalam negeri yang fana’ (pasti akan lenyap) hanyalah berbenah untuk negeri yang kekal, ia diangkat Allah sebagai khalifah di sini agar bersiap-siap dan tertempa untuk hidup kekal di sana, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menempa, mensucikan dan menyiagakannya kecuali ujian, ia merupakan sebuah wahana di mana jiwa melebur dan ruh menjadi bening. Allah telah berkehendak untuk menciptakan manusia sebagai suatu jenis yang istimewa berbeda dari yang lainnya, dengan apa yang tersusun padanya dari unsur-unsur terpadu yang dapat membawanya naik ke langit dan dapat mendaratkannya ke bumi, maka dari itu terdapat padanya naluri instink (gharizah) dan nafsu syahwat, akal dan kehendak, materi dan ruh.

o.      Ibadah Merupakan Hak Allah Atas Hamba-Nya
Tidak heran jika Al-Khalik pemberi nikmat ini memiliki hak untuk menerima ibadah, permohonan pertolongan, pemanjatan doa dan bersimpuhnya hamba di pintu-Nya yang mulia dengan sikap penuh kepasrahan, penyerahan dan kepatuhan:
“Sucikanlah nama Rabbmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan lalu dijakan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman.”(Al-A’la: 1–5)
“Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu.”(Al-Baqarah: 21-22)

2.3 AKHLAK

KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM

Risalah islam dalam emmbagi risalahnya menjadi empat cabang, Aqidah, Ibadah, Mu’amalah. Akhlak islam dalam tingkat substansi esensialnya, merupakan suatu risalah moral (Akhlak) dengan segala pengertian yang dikandungnya. Merupakan suatu risalah dari kedalaman dan cakupan menyeluruh.

AQIDAH ISLAM DAN AKHLAK (MORAL)

Aqidah islam dasarnya adalah tauhid lawannya adalah syirik. Islam menuangkan pada tauhid, celupan (Sibghroh) moral. Maka, islam menganggapnya termasuk dalam kategori keadilan yang merupakan nilai luhur moral. Sebagaimana ia menganggap syirik termasuk kedalam kategori kedzaliman yang merupakan moral yang hina.
QS Luqman : (1)
            “Sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” Keimanan yang sempurna akan memberikan buahnya yang termanivestasikan dalam nilai luhur moral.
QS AL-Anfal : 2-4
” Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka ( karenanya )” dan kepada Robblah mereka bertawakal yaitu orang orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dan rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi robbnya dan ampunan serta rezeki yang mulia.
Hadits Nabi mengaitkan nilai-nilai moral dengan keimanan “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi, barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia mengatakan yang baik atau diam”


IBADAH DAN AKHLAK
Ibadah islam yang besar memiliki tujuan moral yang jelas. Sholat merupakan ibadah harian utama dalam kehidupan seseorang muslim memiliki fungsi yang mulia dalam pembentukan motivasi dan control internal pribadi dan pembinaan jiwa.
QS Al-Ankabut : 45
“dan dirikanlah shalat; sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang munkar.”
            Zakat merupakan sarana pensucian dan perkataan dalam dunia moral (Akhlak).
Puasa bertujuan Pengglembengan (Pelatihan) jiwa agar dapat menahan diri dari hawa nafsu dan merukan revolusi terhadap adat kebiasaan.
QS AL-Baqarah : 183
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”
Haji merupakan pelatihan seorang muslim pada pensucian jiwa, melepaskan diri dari segala iktan selain Allah, dan bersikap mulia untuk menjauh dari gemerlap dan glamour kehidupan.

MORAL DAN EKONOMI
            Akhlak islam memiliki ruang lingkup dan implementasinya dalam persoalan materi dan ekonomi, baik dalam bidang produksi, sirkulasi, distribusi, ataupun konsumsi.
            Ekonomi tidak boleh melesat lepas batasan dan ikatan tidak terikat dengan nilai dan etika. Badan bidang sirkulasi perdagangan, tidak boleh menjadikan khamer, babi, bangkai, patung sebagai bahan komoditi.

Dalam sebuah hadits,
            Sesungguhnya  Allah jika mengharamkan sesuatu, maka Dia mengharamkan ( pula ) hasil penjualannya.

POLITK DAN MORAL
Politik Islam bukanlah politik Maclavelli yang berpandangan bahwa tujuan dapat menghalalkan segala cara dalam bentuk apapun.
Politik Islam adalah sebuah politik prinsip dan nilai yang selalu komit dengannya dan tidak terlepas darinya walaupun dalam kondisi paling krisis.
Politik Islam dalam Negeri harus berlandaskan pada azaz keadilan, kelurusan, dan persamaan antara semua rakyatnya dalam masalah hak, kewajiban, dan hukuman.

PERANG DAN MORAL
Perang tidak berarti meniadakan kehormatan dalam perseteruan, keadilan dalam perlakuan dan perikemanusiaan dalam perang dan usai peperangan.
Sesungguhnya perang merupakan suatu keharusan aksiomatik yang diharuskan oleh tabiat social manusia dengan tabiat untuk saling berjuang membela diri dan menolak musuh yang berlangsung antar manusia.
Kalaupun terpaksa harus ada perang  maka hendaklah ia merupakan suatu yang dikontrol oleh moral (akhlaq), serta tidak terbawa oleh arus hawa nafsu.
QS. Al-Baqarah : 90
”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Ketika terpaksa perang maka hendaklah merupakan suatu peperangan yang berada di jalan Allah, terikat dengan moral kasih saying, toleransi. Karena Islam berpesan agar tidak dibunuh kecuali orang yang ikut berperang dan Islam memperingatkan dari berbuat khianat, (melakukan kelicikan), mencincang mayat (musuh), menebang pepohonan, menghancurkan bangunan, dari membunuh kaum wanita, anak-nak, orang tua, para pendeta, para petani yang mengkhususkan diri untuk bercocok tanam.
Selesai usai peperangan tidak boleh dilupakan aspek peri kemanusian dan moral dalam perlakuan para tawanan dari korban perang.

ANTARA MORAL ISLAM DAN MORAL YAHUDI dan NASRANI
Allah menitipkan kepada para ulama Bani Israil dan pendeta mereka kitab illahi untuk memeliharanya. Karena Allah tidak ingin menangani sendiri pemeliharaannya. Taurat mengalami perubahan dari tradisi perjalanan masa serta mengalami distrosi dan konveksi sehingga Taurat memuat banyak kisah para Nabi yang sangat hina dan keji. Sebagaimana kita melihat para moralitas Taurat suatu tabiat yang cenderung kepada kehidupan duniawi, materialistis pragmatis rasialis ekstrim.
Adapun Agama Islam merupakan ajaran Allah terakhir (penutup), telah menjamin kehidupan untuk manusia, karena itu Allah telah menjamin, memelihara kitab suci Islam yang tidak ada satupun kata yang berubah dan tidak satu hurufpun berkurang sepanjang abad.
QS AL-Hijr : 9
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

KARAKTERISTIK MORAL ISLAM
1.      Moral yang beralasan (Argumentasi) dan dapat dipahami
Islam selalu bersandarkan pada penilaian yang logis, dan alas an yang dapat diterima oleh akal yang lurus dan naluri yang sehat.
2.      Moral yang universal
Moral islam dalah berkarakter manusia universal, ia tidak membolehkan bagi suatu ras manusia apa yang ia haramkan bagi ras yang lain. Bangsa Arab atau Non Arab sama dalam moral.
3.      Kesesuian dengan fitrah
Allah tidak membebankan suatu ajaran kepadanya untuk menekan dan membunuh. Fitrahnya atau meniadakan pengaruh tabiat fitrah dan membekukannya.
4.      Memperhatikan Realita
Moral islam merupakan akhlak realitas yang tidak mengeluarkan perintah dan larangan kepada orang yang menghayal. Tapi kepada manusia yang berjalan dimuka bumi. Dorongan nafsu, keinginan, dan cita-cita. Kecenderungan dan hasrat biologis.
Realitas moral islam adalah tidak mewajibakan kepada mukmin yang takwa untuk menjadi malaikat yang memiliki sayap yang tidak melakukan
5.      Moral Positif
Merupakan moral positif yaitu tidak merelakan orang berhias dengan moral islam berjalan mengikuti trend sosial, mengikuti arus, bersikap lemah dan menyerah tapi moral islah adalah menggalang kekuatan perjuangan, yang tidak cukup hanya istiqomah hidupnya tapi berusaha untuk mengistiqomahkan orang lain
6.      Komprehensifitas (Cakupan Menyeluruh)
Islam menggabungkan apa yang dikotomikan manusia
7.      Tawazun (Keseimbangan)
Tawazun yang menggabungkan antara suatu dan kebalikannya sebagai contoh tawazun antara hak tubuh dan hak roh.

2.4 Perundang-Undangan
Kapan Nas-Nash Hukum Dijelaskan Secara Terperinci?
1.      Macam yang dijelaskan dengan nash-nash yang qoth’i ats-tsubut pasti keabsahannya) dan qath’i ad-dalalah (pasti sifnifikansinya), macam ini adalah sedikit jumlahnya namun ia merupakan nash hukum y ang sangat penting karena dapat menggalang satu kalimat dan mewujudkan kesatuan amaliyah dan akhlaqiyah disamping kesatuan akidah dan instinknya.
2.      Macam hukum yang dijelaskan terperinci oleh nash-nash yang dzonni ats-tsubut atau dzonni ad-dalalah atau dzonni ats-tsubut syariat, maka terdapat padanya peluang untuk berbilangnya pemahaman, berbilangnya kesimpulan pendapat dan ijtihad.

Tujuan Hukum Islam
1.      Agar supaya interaksi antara manusia berlangsung berdasarkan prinsip atau azas keadilan
2.      Agar supaya terjadi perpsaudaraan diantara umat manusia
3.      Menjaga kemashlahatan umat manusia
4.      Supaya manusia dapat berkonsentrasi setelah merasa tenteram dalam bisnis dan kegiatan jual beli dan hubungan antar manusia



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ......................................................................................            i
DAFTAR ISI .....................................................................................................           ii
BAB I      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ............................................................................           1
1.2  Rumusan Masalah ........................................................................           1
1.3  Tujuan ..........................................................................................           1

BAB II    PEMBAHASAN
2.1  Akidah .........................................................................................           2
2.2  Ibadah ..........................................................................................           3
2.3  Akhlak .........................................................................................           8
2.4  Perundang-Undangan ..................................................................         10























ii
 
 


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Pengantar Kajian Islam ini.
Penyusun ucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun mengharap segala saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya terima kasih.


Cirebon,      April 2015

Penyusun,







i
 
 

No comments:

Post a Comment

makalah tentang gua sunyaragi

TUGAS PAI "GUA SUNYARAGI" Disusun Oleh :  .................................... .................................. ...