BUKIT SINAI
Tugas Pendidikan
Agama Islam Kelas IX
Semester 1
Oleh : IX F
Ketua : Siti Inta
Sekretaris : Aprilia Rubi Harlan
Anggota : - Devi Putri Indah Sari
- Devia Noor Amanda
- Ayuning Rahma Hayati
SMP NEGERI 2 SUSUKANLEBAK
Penerbit
Copyrigh 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah yang maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah Bukit Sinai dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana, sehingga makalah ini dapat di pergunakan sebagai
salah satu acuan petunjuk maupun pendoman.
Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambahkan pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, semoga penyusun dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga ke depannya lebih baik lagi.
Susukanlebak, 24 Agustus 2016
Penyusun
BUKIT SINAI
Gunung Sinai (juga dikenal dengan nama
Jabal Musa dalam Bahasa Arab) adalah gunung suci bangsa Israel, lalu turunlah
Tuhan ke atas gunung Sinai, ke atas gunung itu, maka gunung itu memberikan
banyak bukti dalam menopang kebenaran sejarah.
Menurut Quthb, Thursinah atau Sinai itu
adalah gunung tempat Nabi Musa dipanggil berdialog dengan Allah. Dikisahkan
Nabi Musa as. Naik ke atas gunung Sinai. Memenuhi panggilan Allah SWT, ia pun
menitipkan Bani Israil ke Nabi Harun a.s., saudaranya untuk naik ke gunung
Sinai (Thuursinah), gunung Allah yang keramat itu. Tempat terkenal di daerah
ini adalah Jabal Musa a.s.
Jabal Musa adalah nama sebuah puncak
gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung
Sinai Mesir. Dinamakan Jabal Musa (Gunung Musa), karena di puncak itulah Nabi
Musa a.s menerima wahyu dan berjumpa dengan Tuhannya sebagaimana yang
dikisahkan oleh Al-Qur’an.
Dalam agama Nasrani peristiwa ini
terkenal dengan istilah “Ten Commandments atau decalogue”. Setelah ia
menyempurnakan 40 malam yang diisi dengan puasa dan beribadah sendirian di atas
gunung itu, Allah SWT pun berfirman dan menurunkan taurat kepadanya kemudian
Nabi Musa a.s pun sangat rindu untuk dapat melihat wajah sang kekasih yang
telah berkata-kata kepadanya, wajah Rabb-Nya.
Kemudian, Tuhan yang Maha Agung lagi Maha
Mulia berbelas kasihan kepadanya dan memberitahukan kepadanya mengapa dia tidak
akan melihat-Nya, yaitu bahwasanya ia tidak akan mampu.
“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh.”
Seluruh puncaknya tenggelam hingga
terlihat rata dengan tanah, hancur berantakan. Musa sangat takut dan berlakulah
sesuatu pada keberadaan dirinya sebagai manusia yang lemah. “Dan, Nabi Musa pun
jatuh pingsan”. Ia pingsan tidak sadarkan diri. “Maka setelah Musa sadar
kembali” kembali kepada dirinya, dan menyadari bahwa dia telah melakukan
permintaan yang melebihi batas.
Versi Pertama
Sejumlah ahli tafsir meyakini bahwa Bukit
Thursina sebagaimana disebutkan dalam surah Attin berada di wilayah Mesir yang
lokasinya berada di Gunung Munajah, di sisi Gunung Musa. Lokasi ini dikaitkan
dengan keberadaan Semenanjung Sinai. Pendapat ini didukung oleh Sayyid Quthb
dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur'an. Menurut Quthb, Thursina atau Sinai itu
adalah gunung tempat Musa dipanggil berdialog dengan Allah SWT.
Dalam versi ini pula, banyak pihak yang
meyakini bahwa daerah Mesir adalah tempat yang disebutkan sebagai Thursina.
Sebab, di daerah ini, terdapat sebuah patung anak lembu. Peristiwa ini
dikaitkan dengan perbuatan Samiri, salah seorang pengikut Nabi Musa yang
berkhianat.
Dalam surah Al-A'raf ayat 148, disebutkan bahwa
''Kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai), mereka membuat patung
anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas).
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat
berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka?
Mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang
zalim.''
Ketika kaum Bani Israil keluar dari tanah
Mesir, mereka banyak membawa perhiasan masyarakat Mesir (berupa emas dan
perak). Para wanita Bani Israil telah meminjamnya dari mereka untuk dipakai
sebagai hiasan. Perhiasan tersebut dibawa ketika Allah memerintahkan mereka
keluar dari Mesir. Mereka kemudian melepaskan perhiasan tersebut karena
diharamkan. Setelah Musa pergi ke tempat perjumpaan dengan Rabb-nya, Samiri
mengambil perhiasan itu dan menjadikannya sebagai patung anak lembu yang bisa mengeluarkan
suara melenguh jika angin masuk ke dalamnya. Mungkin, segenggam tanah yang dia
ambil dari jejak utusan (Jibril) membuat patung anak lembu tersebut dapat
melenguh.
Sementara itu, dalam Kitab Perjanjian Lama,
disebutkan bahwa ''Ketika bangsa itu melihat Musa sangat lambat saat turun dari
gunung, mereka lalu berkumpul mengelilingi Harun dan berkata, 'Buatkanlah tuhan
yang dapat berjalan di hadapan kami. Sebab, Musa ini orang yang telah memimpin
kami keluar dari Mesir. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengannya.' Harun
kemudian berkata kepada mereka, 'Lepaskan dan serahkanlah kepadaku
anting-anting emas yang ada pada istri, putra, dan putri kalian.' Seluruh
bangsa itu pun menanggalkan anting-anting emas dan menyerahkannya kepada Harun.
Harun menerima perhiasan-perhiasan itu. Dia lalu melelehkan dan menuangkannya
ke patung yang bergambar anak lembu.
Mereka kemudian berkata, 'Hai Israil, inilah
tuhan-tuhanmu yang telah mengeluarkan kalian dari negeri Mesir.'' (Kitab
Keluaran ayat 2-5). Dalam kisah yang disebutkan pada Kitab Perjanjian Lama,
tampak Harun telah berbuat salah. Sebaliknya, Alquran justru membebaskan Harun
dari perbuatan yang dituduhkan tersebut.
Karena itu, menurut sebagian ahli tafsir,
Thursina terletak di Sinai. Inilah versi pertama. Menurut Sami bin Abdullah
al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, pendapat pertama yang
mengatakan Thursina berada di wilayah Mesir sangat lemah. Sebab, perkataan itu
hanya mengandung kekeliruan pemahaman yang diidentikkan dengan kata 'Sinai'.
''Siapa yang bisa memastikan bahwa yang dimaksud Allah SWT dengan
Thursina itu adalah Sinai, Mesir? Sekiranya memang benar demikian, tentunya
Allah SWT tidak mengatakan Siniin jika maksudnya Sinai.
Versi Kedua
Mengutip pendapat Muhammad bin Abdul Mun'im al-Himyari,
dalam bukunya Al-Raudh al-Mi'thar fi Khabari al-Aqthar, Syauqi Abu Khalil dalam
Atlas Hadis, menyatakan bahwa Thursina adalah bukit yang terletak di barat daya
negeri Syam. Di sini, Allah SWT berbicara secara langsung dengan Nabi Musa AS.
Sementara itu, dalam al-Qamus al-Islam, kata
'Thursina' adalah gunung yang tandus atau gersang. Nama bukit ThurSina
disebutkan dalam Alquran sebagaimana surah Attin ayat 1 dan surah Almu'minun
ayat 20. Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan, banyak dalil yang menguatkan
pendapat bahwa yang dimaksud Thuur Siniin adalah bukit di Baitul Maqdis.
Di antara pendapat yang disebutkan Ar-Razi
adalah mufassir seperti Qatadah dan al-Kalibi yang menyatakan kata Thuur Siniin
(Sinai) adalah bukit yang berpepohonan dan berbuah-buahan. pakah ini adalah
Sinai, Mesir? ''Kalau memang ya, tentu tak seorang pun yang membantahnya,''
kata Sami.
Menurut Sami, justru yang dimaksud dalam ayat
itu adalah Thur Sina, bukit di Baitul Maqdis dan Balad al-Amin adalah Makkah.
Berikut argumentasinya. Allah berfirman, ''Dan, pohon kayu yang keluar dari
Thursina (pohon zaitun) yang menghasilkan minyak dan menjadi makanan bagi
orang-orang yang makan.'' (Almu'minun ayat 20).
Ayat ini, kata Sami, mengikat dan menghimpun
dengan kuat antara 'Thursina' dan hasil bumi serta tumbuh-tumbuhan penghasil
minyak bagi orang yang makan. Sementara itu, lanjutnya, di Sinai (Mesir) tidak
ada pohon zaitun yang mampu menghasilkan buah, apalagi mengeluarkan minyak.
Menurut dia, ayat 20 surah Almu'minun dan ayat
1-3 surah Attin itu justru merujuk pada tanah suci di Palestina. Di Palestina,
jelas Sami, terdapat banyak pohon zaitun yang terus berproduksi di sepanjang
tahun sehingga penduduk di sekitar Baitul Maqdis menamakannya dengan ''Bukit
Zaitun'' dan Allah SWT telah berseru kepada Musa di tempat yang diberkahi di
sisi bukit.
''Maka, tatkala Musa sampai ke (tempat) api, diserulah Dia (arah)
pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi dari sebatang
pohon kayu." (Alqashash ayat 30).
Hal yang sama juga diungkapkan Ustaz
Shalahuddin Ibrahim Abu 'Arafah, seorang ulama asal Palestina. Menurutnya,
Bukit Thursina adalah tempat yang diberkahi. Dan, tempat yang diberkahi itu
adalah Palestina sebagaimana surah Al-Isra ayat 1 yang menceritakan peristiwa
Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Keterangan ini makin diperkuat lagi dengan ayat 6 surah Annaziat
dan ayat 21 surah Almaidah. ''Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci,
yaitu Lembah Thuwa.'' (Annaziat: 6). ''Hai kaumku, masuklah ke tanah Suci
(Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu.'' (Almaidah: 21).
Lembah suci itu, jelas Sami, hanya ada dua,
yaitu Makkah dan Palestina. ''Karena itu, kita tidak boleh memalingkan maknanya
kepada yang lain tanpa bukti dan keterangan,'' jelasnya.
Merujuk pada hadis Rasulullah SAW yang
menyatakan fitnah Dajjal dan Isa bin Maryam bahwa Allah SWT akan
memberi wahyu kepada Isa bin Maryam sesudah dia membunuh Dajjal
di gerbang Lod di Baitul Maqdis, ''Bawalah hamba-hamba-Ku berlindung ke
bukit.''
Para ulama menyepakati bahwa konteks hadis itu
adalah Baitul Maqdis, bukan Sinai, Mesir. Apalagi, terdapat peristiwa Nabi Musa
AS menerima wahyu saat keluar dari Mesir akibat kejaran Firaun. Karena itu,
pendapat ini menegaskan bahwa yang dimaksud Thursina itu sudah berada di luar
Mesir.
Seperti diketahui, Semenanjung Sinai merupakan
wilayah yang sangat luas, yaitu mencapai 9.400 km persegi dengan panjang
sekitar 130 km. Dan, sisi pertamanya adalah Teluk Aqabah dengan panjang 100 km.
Di sisi keduanya adalah Teluk Suez dengan panjang 150 km. Sedangkan, gunung
tertinggi di semenanjung Sinai adalah Gunung Katrina (2.637 m).
Versi Ketiga
Selain kedua versi di atas, terdapat satu lagi
tempat yang diduga sebagai Bukit Thursina. Tempat itu adalah bukit sebelah
selatan Nablus (Palestina) atau yang dinamakan Jurzayem.
Pendapat ini merujuk pada Bangsa Kan'an yang
membangun Kota Nablus dan menamakannya Syukaim, yaitu nama yang diubah bangsa
Ibrani pertama menjadi Syukhaim, tempat tersebarnya kaum Yahudi dari sekte
Samiri. Dan, mereka adalah sekte yang meyakini lima kitab dari Perjanjian Lama
serta memercayai bahwa tempat suci Yahudi terletak Bukit Thur, yaitu sebelah
selatan Nablus.
Dari ketiga versi tersebut, tampaknya ada dua
pendapat yang sangat kuat, yaitu Sinai di Mesir dan Baitul Maqdis di Palestina.
Manakah Bukit Thursina yang sesungguhnya?
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari
kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Kak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
ReplyDeletehttp://hilssss.site123.me/
.