Tuesday 6 September 2016

Contoh makalah tentang Bukit Sinai

BUKIT SINAI



Tugas Pendidikan Agama Islam Kelas IX
Semester 1





Oleh             :   IX F
Ketua           :   Siti Inta
Sekretaris    :   Aprilia Rubi Harlan
Anggota       :   - Devi Putri Indah Sari
- Devia Noor Amanda
- Ayuning Rahma Hayati







SMP NEGERI 2 SUSUKANLEBAK
Penerbit
Copyrigh 2016










KATA PENGANTAR

      Puji syukur kehadirat Allah yang maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah Bukit Sinai dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana, sehingga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pendoman.
     Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
     Harapan saya semoga makalah ini membantu menambahkan pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, semoga penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga ke depannya lebih baik lagi. 




Susukanlebak, 24 Agustus 2016



Penyusun























BUKIT SINAI

Gunung Sinai (juga dikenal dengan nama Jabal Musa dalam Bahasa Arab) adalah gunung suci bangsa Israel, lalu turunlah Tuhan ke atas gunung Sinai, ke atas gunung itu, maka gunung itu memberikan banyak bukti dalam menopang kebenaran sejarah.
Menurut Quthb, Thursinah atau Sinai itu adalah gunung tempat Nabi Musa dipanggil berdialog dengan Allah. Dikisahkan Nabi Musa as. Naik ke atas gunung Sinai. Memenuhi panggilan Allah SWT, ia pun menitipkan Bani Israil ke Nabi Harun a.s., saudaranya untuk naik ke gunung Sinai (Thuursinah), gunung Allah yang keramat itu. Tempat terkenal di daerah ini adalah Jabal Musa a.s.
Jabal Musa adalah nama sebuah puncak gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung Sinai Mesir. Dinamakan Jabal Musa (Gunung Musa), karena di puncak itulah Nabi Musa a.s menerima wahyu dan berjumpa dengan Tuhannya sebagaimana yang dikisahkan oleh Al-Qur’an.
Dalam agama Nasrani peristiwa ini terkenal dengan istilah “Ten Commandments atau decalogue”. Setelah ia menyempurnakan 40 malam yang diisi dengan puasa dan beribadah sendirian di atas gunung itu, Allah SWT pun berfirman dan menurunkan taurat kepadanya kemudian Nabi Musa a.s pun sangat rindu untuk dapat melihat wajah sang kekasih yang telah berkata-kata kepadanya, wajah Rabb-Nya.
Kemudian, Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Mulia berbelas kasihan kepadanya dan memberitahukan kepadanya mengapa dia tidak akan melihat-Nya, yaitu bahwasanya ia tidak akan mampu.
“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh.”
Seluruh puncaknya tenggelam hingga terlihat rata dengan tanah, hancur berantakan. Musa sangat takut dan berlakulah sesuatu pada keberadaan dirinya sebagai manusia yang lemah. “Dan, Nabi Musa pun jatuh pingsan”. Ia pingsan tidak sadarkan diri. “Maka setelah Musa sadar kembali” kembali kepada dirinya, dan menyadari bahwa dia telah melakukan permintaan yang melebihi batas.
Versi Pertama
Sejumlah ahli tafsir meyakini bahwa Bukit Thursina sebagaimana disebutkan dalam surah Attin berada di wilayah Mesir yang lokasinya berada di Gunung Munajah, di sisi Gunung Musa. Lokasi ini dikaitkan dengan keberadaan Semenanjung Sinai. Pendapat ini didukung oleh Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur'an. Menurut Quthb, Thursina atau Sinai itu adalah gunung tempat Musa dipanggil berdialog dengan Allah SWT.
Dalam versi ini pula, banyak pihak yang meyakini bahwa daerah Mesir adalah tempat yang disebutkan sebagai Thursina. Sebab, di daerah ini, terdapat sebuah patung anak lembu. Peristiwa ini dikaitkan dengan perbuatan Samiri, salah seorang pengikut Nabi Musa yang berkhianat.
Dalam surah Al-A'raf ayat 148, disebutkan bahwa ''Kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai), mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim.''
Ketika kaum Bani Israil keluar dari tanah Mesir, mereka banyak membawa perhiasan masyarakat Mesir (berupa emas dan perak). Para wanita Bani Israil telah meminjamnya dari mereka untuk dipakai sebagai hiasan. Perhiasan tersebut dibawa ketika Allah memerintahkan mereka keluar dari Mesir. Mereka kemudian melepaskan perhiasan tersebut karena diharamkan. Setelah Musa pergi ke tempat perjumpaan dengan Rabb-nya, Samiri mengambil perhiasan itu dan menjadikannya sebagai patung anak lembu yang bisa mengeluarkan suara melenguh jika angin masuk ke dalamnya. Mungkin, segenggam tanah yang dia ambil dari jejak utusan (Jibril) membuat patung anak lembu tersebut dapat melenguh.
Sementara itu, dalam Kitab Perjanjian Lama, disebutkan bahwa ''Ketika bangsa itu melihat Musa sangat lambat saat turun dari gunung, mereka lalu berkumpul mengelilingi Harun dan berkata, 'Buatkanlah tuhan yang dapat berjalan di hadapan kami. Sebab, Musa ini orang yang telah memimpin kami keluar dari Mesir. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengannya.' Harun kemudian berkata kepada mereka, 'Lepaskan dan serahkanlah kepadaku anting-anting emas yang ada pada istri, putra, dan putri kalian.' Seluruh bangsa itu pun menanggalkan anting-anting emas dan menyerahkannya kepada Harun. Harun menerima perhiasan-perhiasan itu. Dia lalu melelehkan dan menuangkannya ke patung yang bergambar anak lembu.
Mereka kemudian berkata, 'Hai Israil, inilah tuhan-tuhanmu yang telah mengeluarkan kalian dari negeri Mesir.'' (Kitab Keluaran ayat 2-5). Dalam kisah yang disebutkan pada Kitab Perjanjian Lama, tampak Harun telah berbuat salah. Sebaliknya, Alquran justru membebaskan Harun dari perbuatan yang dituduhkan tersebut.
Karena itu, menurut sebagian ahli tafsir, Thursina terletak di Sinai. Inilah versi pertama. Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, pendapat pertama yang mengatakan Thursina berada di wilayah Mesir sangat lemah. Sebab, perkataan itu hanya mengandung kekeliruan pemahaman yang diidentikkan dengan kata 'Sinai'.
''Siapa yang bisa memastikan bahwa yang dimaksud Allah SWT dengan Thursina itu adalah Sinai, Mesir? Sekiranya memang benar demikian, tentunya Allah SWT tidak mengatakan Siniin jika maksudnya Sinai.

Versi Kedua
Mengutip pendapat Muhammad bin Abdul Mun'im al-Himyari, dalam bukunya Al-Raudh al-Mi'thar fi Khabari al-Aqthar, Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadis, menyatakan bahwa Thursina adalah bukit yang terletak di barat daya negeri Syam. Di sini, Allah SWT berbicara secara langsung dengan Nabi Musa AS.
Sementara itu, dalam al-Qamus al-Islam, kata 'Thursina' adalah gunung yang tandus atau gersang. Nama bukit ThurSina disebutkan dalam Alquran sebagaimana surah Attin ayat 1 dan surah Almu'minun ayat 20. Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan, banyak dalil yang menguatkan pendapat bahwa yang dimaksud Thuur Siniin adalah bukit di Baitul Maqdis.
Di antara pendapat yang disebutkan Ar-Razi adalah mufassir seperti Qatadah dan al-Kalibi yang menyatakan kata Thuur Siniin (Sinai) adalah bukit yang berpepohonan dan berbuah-buahan. pakah ini adalah Sinai, Mesir? ''Kalau memang ya, tentu tak seorang pun yang membantahnya,'' kata Sami.
Menurut Sami, justru yang dimaksud dalam ayat itu adalah Thur Sina, bukit di Baitul Maqdis dan Balad al-Amin adalah Makkah. Berikut argumentasinya. Allah berfirman, ''Dan, pohon kayu yang keluar dari Thursina (pohon zaitun) yang menghasilkan minyak dan menjadi makanan bagi orang-orang yang makan.'' (Almu'minun ayat 20).
Ayat ini, kata Sami, mengikat dan menghimpun dengan kuat antara 'Thursina' dan hasil bumi serta tumbuh-tumbuhan penghasil minyak bagi orang yang makan. Sementara itu, lanjutnya, di Sinai (Mesir) tidak ada pohon zaitun yang mampu menghasilkan buah, apalagi mengeluarkan minyak.
Menurut dia, ayat 20 surah Almu'minun dan ayat 1-3 surah Attin itu justru merujuk pada tanah suci di Palestina. Di Palestina, jelas Sami, terdapat banyak pohon zaitun yang terus berproduksi di sepanjang tahun sehingga penduduk di sekitar Baitul Maqdis menamakannya dengan ''Bukit Zaitun'' dan Allah SWT telah berseru kepada Musa di tempat yang diberkahi di sisi bukit.
''Maka, tatkala Musa sampai ke (tempat) api, diserulah Dia (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi dari sebatang pohon kayu." (Alqashash ayat 30).
Hal yang sama juga diungkapkan Ustaz Shalahuddin Ibrahim Abu 'Arafah, seorang ulama asal Palestina. Menurutnya, Bukit Thursina adalah tempat yang diberkahi. Dan, tempat yang diberkahi itu adalah Palestina sebagaimana surah Al-Isra ayat 1 yang menceritakan peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Keterangan ini makin diperkuat lagi dengan ayat 6 surah Annaziat dan ayat 21 surah Almaidah. ''Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci, yaitu Lembah Thuwa.'' (Annaziat: 6). ''Hai kaumku, masuklah ke tanah Suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu.'' (Almaidah: 21).
Lembah suci itu, jelas Sami, hanya ada dua, yaitu Makkah dan Palestina. ''Karena itu, kita tidak boleh memalingkan maknanya kepada yang lain tanpa bukti dan keterangan,'' jelasnya.
Merujuk pada hadis Rasulullah SAW yang menyatakan fitnah Dajjal dan Isa bin Maryam bahwa Allah SWT akan memberi wahyu kepada Isa bin Maryam sesudah dia membunuh Dajjal di gerbang Lod di Baitul Maqdis, ''Bawalah hamba-hamba-Ku berlindung ke bukit.''
Para ulama menyepakati bahwa konteks hadis itu adalah Baitul Maqdis, bukan Sinai, Mesir. Apalagi, terdapat peristiwa Nabi Musa AS menerima wahyu saat keluar dari Mesir akibat kejaran Firaun. Karena itu, pendapat ini menegaskan bahwa yang dimaksud Thursina itu sudah berada di luar Mesir.
Seperti diketahui, Semenanjung Sinai merupakan wilayah yang sangat luas, yaitu mencapai 9.400 km persegi dengan panjang sekitar 130 km. Dan, sisi pertamanya adalah Teluk Aqabah dengan panjang 100 km. Di sisi keduanya adalah Teluk Suez dengan panjang 150 km. Sedangkan, gunung tertinggi di semenanjung Sinai adalah Gunung Katrina (2.637 m).
Versi Ketiga
Selain kedua versi di atas, terdapat satu lagi tempat yang diduga sebagai Bukit Thursina. Tempat itu adalah bukit sebelah selatan Nablus (Palestina) atau yang dinamakan Jurzayem.
Pendapat ini merujuk pada Bangsa Kan'an yang membangun Kota Nablus dan menamakannya Syukaim, yaitu nama yang diubah bangsa Ibrani pertama menjadi Syukhaim, tempat tersebarnya kaum Yahudi dari sekte Samiri. Dan, mereka adalah sekte yang meyakini lima kitab dari Perjanjian Lama serta memercayai bahwa tempat suci Yahudi terletak Bukit Thur, yaitu sebelah selatan Nablus.
Dari ketiga versi tersebut, tampaknya ada dua pendapat yang sangat kuat, yaitu Sinai di Mesir dan Baitul Maqdis di Palestina. Manakah Bukit Thursina yang sesungguhnya?



PENUTUP

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.



1 comment:

makalah tentang gua sunyaragi

TUGAS PAI "GUA SUNYARAGI" Disusun Oleh :  .................................... .................................. ...