Biografi Bung Tomo

Bung Tomo di lahirkan di kampung Blauran – Surabaya. Beliau
lahir dari seorang ayah bernama Kartawan
Tjiptowidjojo. Ayahnya merupakan termasuk golongan kelas menengah. Pernah
bekerja sebagai pegawai pemerintah, perusahaan swasta, dan perusahaan ekspor –
import Belanda. Sedangkan Ibunya keturunan Jawa Tengah, Sunda dan Madura.
Keluarga
Bung Tomo sangat menghargai sekali akan pendidikan. Sehingga pembawaannya
sangat lugas dan bersemangat. Namun pada usia nya 12 tahun, Bung Tomo terpaksa
harus meninggalkan pendidikannya di MULO. Kemudian begitu juga dengan
pendidikan HBS, Ia selesaikan dengan cara korespondensi, meskipun tidak secara
resmi selesainya.
Bung
Tomo bercerita bahwa rasa nasionalisnya
Ia dapatkan pertama dari keluarga, terutama dari kakeknya. Kemudian Ia dapatkan
dari pendidikannya di Kepanduan Bangsa Indonesia. Pada usianya ke 17 tahun, ia
memperoleh peringkat Pandu Garuda. Sebauh peringkat yang sangat berharga karena
berarti Bung Tomo menjadi orang kedua di Hindia Belanda.
Peristiwa
yang sangat penting itu terjadi pada bulan Oktober dan November 1945. Saat itu
Surabaya sedang di gempur habis-habisan oleh tentara NICA. Melalui radio, Bung
Tomo membangkitan semangat rakyat Surabaya. Ia membakar semangat pemuda
Surabaya dengan nada pidatonya yang penuh dengan emosi. Meskipun akhirnya
rakyat Surabaya tidak menang melawan tentara NICA. Namun tetap saja, sampai
saat ini rakyat Surabaya dan Indonesia mengenang kejadian tersebut.
Peran
Bung Tomo kemudian berlanjut setelah perjuangan kemerdekaan di proklamasikan.
Di tahun 1950-an Bung Tomo terjun ke
dunia politik kemudian pada ia juga pernah menjadi Menteri Negara Urusan Bekas
Pejuang Bersenjata/Veteran dan sekaligus menjabat sebagai Menteri Sosial Ad
Interim antara tahun 1955-1956. Setelah itu peranannya di pemerintah di
lanjutkan dengan menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun
1956-1959 yang di usung oleh Partai Rakyat Indonesia.
Ternyata dalam perjalanan hidup Bung Tomo, ia pernah mendekam
di penjara akibat berbeda pendapat dengan pemerintah Soeharto. Pada tanggal 11 April 1978 ia di penjara
meskipun setahun kemudian ia di lepaskan kembali.
No comments:
Post a Comment