TUGAS PAI"GUA SUNYARAGI"
Disusun Oleh :
....................................
..................................
......................................
.....................................
Kelas : .............
SMP NEGERI .................
Jalan Raya ...........................................
Kabupaten Cirebon
2018
GUA SUNYARAGI
Gua sunyaragi adalah sebuah gua yang berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon. Dimana terdapat bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebagai Tamansari Sunyaragi. Nama "Sunyaragi" berasal dari kata "sunya" yang berarti sepi dan "ragi" yang berarti raga, kedua kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi pada Sultan Cirebon dan keluarganya.
C. FUNGSI
SETIAP BAGIAN GUA
D. KOMPLEKS
E. ARSITEKTUR
GUA SUNYARAGI
Taman Sari Gua Sunyaragi terletak di Kota
Cirebon, taman ini merupakan bagian dari taman Keraton Kesepuhan. Taman ini
dibangun pada tahun 1536 yang diutus oleh Sunan Gunung Jati. Bangunan ini
dibangun menggunakan batu karang yang berasal dari Cina. Sehingga keistimewaan
dari Taman ini adalah satu-satunya bangunan di dunia yang dibangun menggunakan
batu karang. Oleh karena itu kita harus bangga mempunyai peninggalan Taman Sari
Gua Sunyaragi.
Pada tahun 1536, disebelah barat taman
tersebut adalah hutan jati namun kini sudah dibangun perumahan-perumahan
sebagai tempat tinggal warga setempat. Disebelah timur taman tersebut adalah
danau, namun kini danau tersebut telah dijadikan jalan raya. Sehingga Taman
tersebut terletak ditengah-tengah antara hutan jati dan danau.
Proses pembuatan Taman Sari Gua Sunyaragi
lebih lama dibandingkan dengan pembuatan Keraton Kesepuhannya itu sendiri,
“Taman tersebut menggunakan bahan dasar batu karang. Sehingga Sunan Gunung Jati
wafat dan digantikan oleh Cicit Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Mas Muhammad
Arifin II,” pungkasnya.
A. PEMUGARAN
Tahun
1852, taman ini sempat diperbaiki karena pada tahun 1787 sempat dirusak
Belanda. Saat itu, taman ini menjadi benteng pertahanan. Tan Sam Cay, seorang
arsitek Cina, konon diminta Sultan Adiwijaya untuk memperbaikinya. Namun,
arsitek Cina itu ditangkap dan dibunuh karena dianggap telah membocorkan
rahasia gua Sunyaragi kepada Belanda. Karena itu, di kompleks Taman Sunyaragi
juga terdapat patok bertulis ”Kuburan Cina”.
Pemugaran
Tamansari Gua Sunyaragi pernah dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada
1937-1938. Pelaksanaannya diserahkan kepada seorang petugas Dinas Kebudayaan
Semarang. Namanya, Krisjman. Ia hanya memperkuat konstruksi aslinya dengan
menambah tiang-tiang atau pilar bata penguat, terutama pada bagian atap
lengkung. Namun kadang-kadang ia juga menghilangkan bentuk aslinya, apabila
dianggap membahayakan bangunan keseluruhan. Seperti terlihat di Gua Pengawal
dan sayap kanan-kiri antara gedung Jinem dan Mande Beling.
Pemugaran
terakhir dilakukan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala,
Direktorat Jenderal Kebudayaan, yang memugar Tamansari secara keseluruhan dari
tahun 1976 hingga 1984. Sejak itu tak ada lagi aktivitas pemeliharan yang
serius pada kompleks ini.
Bangunan tua ini hingga kini masih ramai
dikunjungi orang, karena letaknya persis di tepi jalan utama. Tempat parkir
lumayan luas, taman bagian depan mendapat sentuhan baru untuk istirahat para
wisatawan. Terdapat juga panggung budaya yang digunakan untuk pementasan
kesenian Cirebon. Namun keadaan panggung budaya tersebut kini kurang terurus,
penuh dengan tanaman liar. Kolam di kompleks Taman Sari pun kurang terurus dan
airnya mengering.
Sejarah
berdirinya gua Sunyaragi memiliki dua buah versi, yang pertama adalah berita
lisan tentang sejarah berdirinya gua Sunyaragi yang disampaikan secara
turun-temurun oleh para bangsawan Cirebon atau keturunan keraton. Versi
tersebut lebih dikenal dengan sebutan versi Carub Kanda. Versi yang kedua adalah versi Caruban Nagari yaitu berdasarkan buku “Purwaka
Caruban Nagari” tulisan tangan Pangeran Kararangen tahun 1720. Namun sejarah
berdirinya gua Sunyaragi versi Caruban Nagari berdasarkan sumber tertulislah
yang digunakan sebagai acuan para pemandu wisata gua Sunyaragi yaitu tahun 1703
Masehi untuk menerangkan tentang sejarah gua Sunyaragi karena sumber tertulis
lebih memiliki bukti yang kuat daripada sumber-sumber lisan. Kompleks Sunyaragi
dilahirkan lewat proses yang teramat panjang. Tempat ini beberapa kali
mengalami perombakan dan perbaikan. Menurut buku Purwaka Carabuna Nagari karya
Pangeran Arya Carbon, Tamansari Gua Sunyaragi dibangun pada tahun 1703 M oleh
Pangeran Kararangen.
Pangeran Kararangen adalah nama lain dari
Pangeran Arya Carbon. Menurut Caruban Kandha dan beberapa catatan dari Keraton Kasepuhan, Tamansari
dibangun karena Pesanggrahan ”Giri Nur Sapta Rengga” berubah fungsi menjadi
tempat pemakaman raja-raja Cirebon, yang sekarang dikenal sebagai Astana Gunung
Jati. Terutama dihubungkan dengan perluasan Keraton Pakungwati (sekarang
Keraton Kasepuhan Cirebon) yang terjadi pada tahun 1529 M, dengan pembangunan
tembok keliling keraton, Siti Inggil dan lain-lain. Sebagai data perbandingan,
Siti Inggil dibangun dengan ditandai candra sengkala ”Benteng Tinataan Bata”
yang menunjuk angka tahun 1529 M.
C. FUNGSI
SETIAP BAGIAN GUA
Walaupun berubah-ubah fungsinya menurut
kehendak penguasa pada zamannya, secara garis besar Tamansari Sunyaragi adalah
taman tempat para pembesar keraton dan prajurit keraton bertapa untuk meningkatkan
ilmu kanuragan. Bagian-bagiannya terdiri dari 12 antara lain:
- Bangsal jinem sebagai tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih.
- Gua pengawal sebagai tempat berkumpul par apengawal sultan.
- Kompleks Mande Kemasan (sebagian hancur).
- Gua pandekemasang sebagai tempat membuat senjata tajam.
- Gua simanyang sebagai tempat pos penjagaan.
- Gua langse sebagai tempat bersantai.
- Gua peteng sebagai tempat nyepi untuk kekebalan tubuh.
- Gua arga jumud sebagai tempat orang penting keraton.
- Gua padang ati sebagai tempat bersemedi.
- Gua kelanggengan sebagai tempat bersemedi agar langgeng jabatan.
- Gua lawa sebagai tempat khusus kelelawar.
- Gua pawon sebagai dapur penyimpanan makanan.
D. KOMPLEKS
Kompleks tamansari Sunyaragi ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu pesanggrahan dan bangunan gua. Bagian pesanggrahan
dilengkapi dengan serambi, ruang tidur, kamar mandi, kamar rias, ruang ibadah
dan dikelilingi oleh taman lengkap dengan kolam. Bangunan gua-gua berbentuk
gunung-gunungan, dilengkapi terowongan penghubung bawah tanah dan saluran air.
Bagian luar kompleks aku bermotif batu karang dan awan. Pintu gerbang luar
berbentuk candi bentar dan pintu dalamnya berbentuk paduraksa. Induk seluruh
gua bernama Gua Peteng (Gua Gelap) yang digunakan untuk bersemadi. Selain itu
ada Gua Pande Kemasan yang khusus digunakan untuk bengkel kerja pembuatan
senjata sekaligus tempat penyimpanannya. Perbekalan dan makanan prajurit
disimpan di Gua Pawon. Gua Pengawal yang berada di bagian bawah untuk tempat
berjaga para pengawal. Saat Sultan menerima bawahan untuk bermufakat, digunakan
Bangsal Jinem, akan tetapi kala Sultan beristirahat di Mande Beling. Sedang Gua
Padang Ati (Hati Terang), khusus tempat bertapa para Sultan.
E. ARSITEKTUR
GUA SUNYARAGI
Dilihat dari gaya atau corak dan
motif-motif ragam rias yang muncul
serta pola-pola bangunan yang beraneka ragam dapat disimpulkan bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi merupakan hasil dari perpaduan antara gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya Cina atau Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah atau Islam dan gayaEropa.
Gaya Indonesia klasik atau Hindu dapat terlihat pada beberapa
bangunan berbentuk joglo. Misalnya,
pada bangunan Bale Kambang, Mande Beling dan gedung Pesanggrahan, bentuk gapura dan beberapa buah patung seperti patunggajah dan patung manusia berkepala garuda yang dililit oleh ular. Seluruh
ornamen bangunan yang ada menunjukkan adanya suatu sinkretsime budaya yang kuat
yang berasal dari berbagai dunia. Namun, umumnya dipengaruhi oleh gaya
arsitektur Indonesia Klasik atau Hindu.
Gaya Cina terlihat pada [[ukiran] bunga seperti bentuk bunga persik, bunga matahari dan bunga teratai. Di beberapa
tempat, dulu Gua Sunyaragi dihiasi berbagai ornamen keramik Cina di bagian
luarnya. Keramik-keramik itu sudah lama hilang atau rusak sehingga tidak
diketahui coraknya yang pasti. Penempatan [[keramik|keramik-keramik] pada
bangunanMande Beling serta motif mega mendung seperti pada
kompleks bangunan gua Arga Jumut memperlihatkan
bahwa gua Sunyaragi mendapatkan pengaruh gaya arsitektur Cina. Selain itu ada
pula kuburan Cina, kuburan tersebut bukanlah kuburan dari seseorang keturunan
Cina melainkan merupakan sejenis monumen yang berfungsi sebagai tempat berdoa
para keturunan pengiring-pengiring dan pengawal-pengawal Putri Cina yang bernama Ong Tien Nio atau Ratu
Rara Sumanding yang merupakan istri dari Sunan Gunung
Jati.
Sebagai peninggalan keraton yang dipimpin oleh Sultan yang
beragama Islam, gua
Sunyaragi dilengkapi pula oleh pola-pola arsitektur bergaya Islam atau Timur Tengah. Misalnya,
relung-relung pada dinding beberapa bangunan, tanda-tanda kiblat pada tiap-tiap
pasalatan atau musholla, adanya
beberapa pawudlon atau tempat wudhuserta bentuk
bangunan Bangsal Jinem yang menyerupai bentuk Kabah jika dilihat dari sisi belakang Bangsal Jinem. Hal tersebut
menjelaskan bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi juga mendapat pengaruh dari Timur
Tengah atau Islam.
Gua Sunyaragi didirikan pada zaman penjajahan Belanda sehingga
gaya arsitektur Belanda atau Eropa turut memengaruhi gaya arsitektur gua
Sunyaragi. Tanda tersebut dapat terlihat pada bentuk jendela yang tedapat pada
bangunan Kaputren, bentuk tangga berputar pada gua Arga Jumut dan bentuk gedung
Pesanggrahan.
Secara visual, bangunan-bangunan di kompleks gua Sunyaragi lebih
banyak memunculkan kesan sakral. Kesan sakral dapat terlihat dengan adanya tempat bertapaseperti pada gua Padang Ati dan gua Kelangenan, tempat salat dan
pawudon atau tempat untuk mengambil air wudhu, lorong yang menuju ke Arab dan
Cina yang terletak di dalam kompleks gua Arga Jumut; dan lorong yang menuju ke
Gunung Jati pada kompleks gua Peteng. Di depan pintu masuk gua Peteng terdapat
patung Perawan Sunti. Menurut legenda masyarakat lokal, jika seorang gadis memegang
patung tersebut maka ia akan susah untuk mendapatkan jodoh. Kesan sakral nampak pula pada bentuk bangunan Bangsal Jinem yang
menyerupai bentuk Kabah jika dilihat dari sisi belakang Bangsal Jinem. Selain itu ada pula
patung Haji Balela yang menyerupai patung Dewa Wisnu.
Pada tahun 1997 pengelolaan gua
Sunyaragi diserahkan oleh pemerintah kepada pihak keraton
Kasepuhan.
Hal tersebut sangat berdampak pada kondisi fisik gua Sunyaragi. Kurangnya biaya
pemeliharaan menyebabkan lokasi wisata gua Sunyaragi lama kelamaan makin
terbengkelai.
No comments:
Post a Comment