Pengaruh Televisi Bagi Perkembangan
Anak Usia Dini
Diajukan untuk Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah : Komputer untuk Anak Usia Dini
Dosen Pembimbing :
Agus Rianto, M.Si
Disusun Oleh:
NURHAYATI
( 120651025 )
PROGRAM
STUDI PG PAUD
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS
MUHAMMMADIYAH CIREBON
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Anak
usia dini merupakan anak usia 0-8 tahun. Anak usia ini sedang berada pada masagolden
age atau masa keemasan. Dimana berbagai aspek perkembangan dan
pertumbuhan sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat.Perkembangan anak
merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari
sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan
menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Perkembangan
anak usia dini terjadi karena rangsangan yang diberikan oleh lingkungan di
sekitarnya. Rangsangan yang diberikan pada anak usia dini berupa
kebiasaan-kebiasaan tindakan, ucapan yang di dapat oleh anak dari berbagai
sumber di sekitarnya. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh lingkungan
terhadap anak usia dini memberikan dampak yang berkepanjangan. Jika kebiasaan
atau rangsangan yang diberikan baik, maka dampak yang timbul pada diri anak pun
akan baik dan sebaliknya jika rangsangan yang diberikan buruk maka dampak bagi
anak pun akan buruk.
Disadari
atau tidak kebiasaan lingkungan memperlakukan anak usia dini akan membentuk
perkembangan anak sebagaimana yang diberikan. Pada saat ini banyak sekali
kebiasaan di masyarakat luas yang menjadi makanan sehari-hari bagi anak usia
dini, salah satunya adalah kebiasaan menonton televisi. Kebiasaan menonton televisi tersebut, tentu
saja menimbulkan banyak dampak bagi perkembangan anak usia dini. Banyak dampak
yang ditimbulkan baik dampak positif
ataupun negatif.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini hanya akan di batasi pada satu permasalahan
yang akan dibahas yaitu Pengaruh/dampak negatif Televisi bagi anak usia dini dan cara-cara untuk menanggulanginya.
1.3 Tujuan
Untuk
mengetahui Pengaruh Televisi terhadap bagi Perkembangan Anak Usia Dini. Semoga dapat
bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
LANDASAN TEORI
Froebel menyatakan bahwa masa
kanak-kanak itu sebagai masa yang sangat fundamental bagi perkembangan
individu. Masa emas (golden age) ini merupakan peluang yang sangat besar bagi
pembentukan kepribadian seseorang. Pendapat yang sama dikemukakan oleh
Montessori bahwa kehidupan masa kanak-kanak dan masa dewasa sebagai dua kutub
yang saling berpengaruh satu sama lainnya. Kualitas pengalaman anak akan
mempengaruhi kehidupan anak di masa dewasa (Lillard PP, 1972).
Sigmund Freud (Muro& Kottman,1977) juga
berpendapat serupa bahwa pengalaman pada kehidupan anak merupakan alat yang
sangat menetukan. Tentang pentingnya pengalaman masa kanak- kanak, Melmed direktur eksekutif Zero to
Theree-AS (Madeline Nash,1977) misalnya menegaskan pentingnya tiga tahun
pertama masa kehidupan. Temuan baru itu juga menyebutkan bahwa pendidikan akan
lebih efektif pada usia 3 atau 4 tahun. William Greenough dari Universitas of
Illimois juga menambahkan bahwa potensi terealisasi sebagai bakat bergantung
pada pola yang dilukiskan oleh pengalaman selama tahun-tahun awal.
Demikian pula Santrock dan Yussen (1992)
menuliskan bahwa usia prasekolah sebagai periode yang penuh dengan
kejadian-kejadian penting dan unik yang akan meletakkan dasar bagi kehidupan
seseorang di masa dewasa. Banyak pula ilmuwan yang beranggapan bahwa dalam
tahap-tahap awal masa kanak- kanak terdapat sejumlah periode kritis dan
sensitive. Pada periode ini jendela otak
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian
Televisi
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya
jauh dan visie artinya penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh
atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang radio. Dan televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar
objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau
melalui angkasa dengan menggunakan alat yang
mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik
dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang
dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan
sebagainya.Televisi memiliki beberapa fungsi, yaituFungsi rekreatif, Fungsi edukatif ,Fungsi
informatif .
Televisi di Amerika telah menyiarkan program-program yang
seragam dan anak-anak, sama seperti anggota masyarakat lainnya, menjadi korban
gelombang visual yang ditunjukkan televisi. Dengan menekankan bahwa televisi
telah memusnahkan dinding pemisah antara dunia kanak-kanak dan dunia orang
dewasa, Neil Postman menyebutkan tiga karakteristik televisi. Pertama,
pesan media ini dapat sampai kepada pemirsanya tanpa memerlukan bimbingan atau
petunjuk.Kedua, pesan itu sampai tanpa memerlukan pemikiran. Ketiga, televisi
tidak memberikan pemisahan bagi para pemirsanya, artinya siapa saja dapat
menyaksikan siaran televisi.
Pada anak di bawah usia tiga tahun (batita), dampak negatif
televisi justru lebih terasa. Terbukti tayangan televisi dapat menurunkan
kemampuan membaca bahkan penurunan memori pada anak. Batita yang terlalu sering
menonton televisi akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang
baik bagi proses tumbuh kembangnya. Sebab, televisi cuma menyodorkan stimulasi
satu arah. Bahkan sebuah penelitian menunjukkan dampak negatif anak
usia 5-15 tahun yang berjam-jam menonton televisi akan dirasakan pada usia
dewasa, baik mereka masih menonton ataupun tidak.
Dr.Richard
C.Woolfson menyatakan
bahwa Televisi
adalah media yang menghibur.Tetapi,bersosialisasi, membaca, dan berolahraga juga harus
menjadi bagian dari pengisi waktu luang anak. Dan Penelitian lain
pernah dilakukan Universitas Washington menemukan, membiasakan anak menonton TV
sebelum berusia tiga tahun dapat merusak keterampilan baca mereka dan bentuk
perkembangan kognitif lainnya ketika mereka akan mencapai usia enam tahun.
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia
(YKAI) mengenai pengaruh Televisiterhadap
perilaku keseharian anak menemukan bahwa ketika anak menonton Televisi cenderung
melakukan kegiatan lain yaitu makan (45%),
tidur-tiduran (35%) dan belajar (20%). Dalam
keterkaitan antara Televisi dan belajar, penelitian ini
menemukan anak yang tak tahan godaan Televisi mengaku malas
belajar (80%) dan tidak suka membaca buku (20%).
Hasil penelitian lain membuktikan bahwa
anak-anak usia 5-15 tahun yang menonton televisi lebih dari 2 jam dalam sehari,
akan memperlihatkan gejala yang merugikan kesehatannya dalam satu dasawarsa
berikutnya, tanpa peduli apakah mereka gemar menonton televisi atau tidak
setelah dewasa. Pada usia 26 tahun mereka cenderung gemuk, kelebihan lemak.
Kecepatan transisi gambar televisi
dihitung hingga durasi frame. Satu detik terdiri dari 25 frame gambar. Jika ini
disajikan kepada balita atau bayi terus menerus, bisa membuat anak tersebut
bertumbuh dengan kemampuan konsentrasi yang kurang.
3.2
Penyebab Timbulnya
Kebiasaan Menonton Televisi
Timbulnya
kebiasaan menonton televisi sebenarnya bisa saja datang dari dalam anak itu
sendiri. Iseng dan rasa ingin tahu sebenarnya saling berkaitan erat
dalam penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi pada anak . Rasa
ingin tahu yang besar yang memang lazim terdapat pada anak-anak mendorong
mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam acara-acara televisi
yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh ataupun cerita yang ada di
dalamnya.Kemudian alasan iseng sebagai penyebab timbulnya kebiasaan juga sering
digunakan.
Anak-anak
pada awalnya hanya ingin mencoba hal baru
yang belum pernah mereka coba sebelumnya, dalam hal ini menonton
televisi.Saat di waktu luang dimana tidak ada yang ingin mereka kerjakan,
mereka iseng menyalakan televisi, mencari saluran televisi yang menurut mereka
menarik dan kemudian menyaksikannya. Dari awal iseng tersebut kemudian
berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari sudah menjadi bagian
dari kegiatan mereka sehari-hari.
Selain
faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor yang
berasal dari luar atau eksternal juga berpengaruh dalam pembentukan
kebiasaan. Diantaranya adalah kebiasaan orangtua, teman, waktu luang dan acara televisi
yang ditayangkan.
3.3
Contoh Kasus
Contoh
kasus anak usia dini bernama Adies
Artika. P (5 Tahun) siswi dari PAUD At-taqwa Cisauk SituIlir. Setiap ia bermain di teras
rumahnya bersama anak lain yang usianya tidak jauh berbeda dengannya, mereka
selalu menirukan adegan-adegan sinetron yang mereka tonton setiap malam
harinya. Adegan yang ditirukan pun sebenarnya tidak layak untuk diperagakan
anak usia dini. Seperti adegan berpacaran , membully anak lain dan
sebagainya. Tidak jauh berbeda dengan Adies, anak usia dini lainnya yang
merupakan masih siswa Paud
At-taqwa Cisauk Situ Iliryaitu Rizki Maulana (6 Tahun) bahwa di sekolah iaseringkali bercerita kepada siswa
lainnya tentang sinetron yang sama dengan sinetron yang disaksikan oleh Adies. Ia juga sering menyanyikan
lagu-lagu orang dewasa apabila guru tidak mengawasinya.
Contoh
kasus Adies dan Rizki diatas merupakan gambaran kecil dampak televisi terhadap
perkembangan anak usia dini. Saat ini tidak dapat di pungkiri acara-acara yang
marak di televisi adalah program untuk remaja dan dewasa seperti sinetron,dan
selain daripada itu adalah acara berita, infotaiment, dan hanya sebagian kecil
acara pendidikan atau film-film untuk anak usia dini. Kalaupun ada, program
televisi untuk anak biasanya hanya ditayangkan pada jam-jam tertentu.Biasanya
di siang hari, dan kemudian di malam hari anak-anak lebih memilih menyaksikan
sinetron untuk remaja dan dewasa.
Permasalahan
ini tentu bukan hal kecil bagi para pendidik, khususnya guru PAUD. Karena guru
PAUD besar pengaruhnya bagi perkembangan anak usia dini. Bukan tidak
mungkin tanpa adanya perhatian guru di sekolah mengenai perkembangan perilaku
anak yang mengimitasi idola mereka di televisi, sedikit demi sedikit anak usia
dini di karbit menjadi anak remaja padahal belum waktunya. Contoh lain dari
tayangan televisi adalah maraknya acara musik orang dewasa yang sebagian besar
lagu-lagu yang di perdengarkan adalah mengenai percintaan, bahkan yang lebih
mengkhawatirkan lagi adalah lagu-lagu dengan lirik yang tidak sopan dan
seronok. Itu semua sudah menjadi konsumsi penonton televisi tidak terkecuali
anak usia dini.
3.4
Dampak negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi
1.
Anak menjadi pribadi yang terbiasa
membuang-buang waktu
Dengan
menonton televisi seringkali orang yang menyaksikan tayangan favoritnya di
televisi menjadi lupa akan waktu. Terlebih anak usia dini yang belum dapat
menyaring dengan tepat mana kebiasaan yang baik dan buruk. Tayangan televisi
membuat anak-anak betah berlama-lama di depan layar kaca dari pagi hari hingga
larut malam.
2.
Mengganggu kesehatan anak
Kebiasaan
menonton televisi setiap harinya rata-rata menghabiskan waktu yang cukup lama.
Dengan berjam-jam di depan televisi tubuh anak tidak melakukan kegiatan fisik
yang berarti, bahkan cenderung diam di posisi yang sama selama berjam-jam.
Kondisi seperti ini tidak menutup kemungkinan bahwa aspek perkembangan fisik
anak terganggu.
3.
Pribadi anak menjadi
individualis
Kegiatan
menonton televisi, jaman modern ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat
luas.Para orangtua dirumah sudah terbiasa lagi untuk mengasuh anaknya dengan
televisi di dalam rumah daripada membiarkan anak-anak bermain di luar
rumah.Orangtua seringkali sibuk sendiri dengan urusannya, sementara itu anaknya
dibiarkan berteman dengan media televisi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan
banyaknya kasus yang terjadi maka menurut saya hal yang harus dilakukan untuk
menanggulangi/mencegah dampak buruk dari Televisi bagi anak usia dini dan unntuk
mendapatkan manfaat yang besar dari Televisi dan
terhindar dari bahaya yang bisa ditimbulkannya, maka wargaIndonesia khususnya
orang tua/wali murid dari siswa/siswi PAUD At-Taqwa Cisauk Situ
Ilir
RT 03/05 perlu mengontrol anaknya dalam
hal “Menonton Televisi”. Dengan cara antara lain:
Pertama, membangun komitmen bersama untuk menentukan jam atau hari
bebas Televisidalam
keluarga sehingga anak menghargai makna waktu dalam keluarga: waktu sholat,
belajar, makan, bercengkerama tanpa mengharamkan Televisi.
Televisitidak menghantui aktivitas penting
dalam keluarga. Tanamkan kedisiplinan untuk menyikapi Televisiseperti menyikapi kegiatan hidup
lain yang selalu punya awal dan akhir.
Kedua, kontrol terhadap Televisi dapat disiasati
dengan menempatkannya tidak di tempat sentral. Tapi di sudut atau pojok rumah
yang bisa mengurangi selera untuk menyalakannya.
Ketiga, acara yang menambah wawasan ilmu
pengetahuan, agama, politik, dan budaya perlu menjadi agenda bersama dalam
keluarga. Terakhir, sepakati acara Televisi apa saja yang
perlu dijadikan musuh bersama. Jadi, jangan posisikan keluarga kita sebagai
tempat sampah bagi acaraTelevisi yang
dibuat tanpa pertimbangan estetika, etika dan logika. Jangan biarkan rohani
anak kita lelah dibiusnya.
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua,
sehingga berkat karunia-Nya itu penulis dapat menyelesaikan makalah “Komputer
untuk Anak” tanpa halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan dan penulisan makalah ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Penulis sadar makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu penulis berharap saran dan kritik dari semua
pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya.
Cirebon, Agustus 2015
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3
Tujuan ............................................................................................... 2
BAB
II LANDASAN TEORI ............................................................................ 3
BAB
III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Televisi ............................................................................ 4
3.2 Penyebab Timbullnya
Kebiasaan Menonton Televisi ....................... 5
3.3 Contoh Kasus ................................................................................... 6
3.4
Dampak Negatif yang Ditimbulkan
dari Kebiasaan Menonton Televisi 7
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 10
|